Aku berjalan cepat menuju kampus, hari ini aku kuliah kimia dasar, mata kuliah yang telah berkali-kali aku ulang. Bukan karena aku suka tapi ya begitulah. Mungkin karena semester-semester awal aku sudah masuk ke dalam beberapa organisasi kampus sehingga banyak mata kuliahku yang terbengkalai. Aku sadar betul konsekuensi yang mesti aku hadapi. Tapi pilihanku sudah bulat.
Dosenku memang sih terkenal killer tapi dia bukan pembunuh loh, cuma aturan-aturannya itu yang membuat beberapa teman dan seniorku merasa ingin mati. Hehehe, wajar saja toh kalau jadwal kuliah jam setengah 8 dia dah datang jam 7 dan kalau dia dah ada di dalam kelas jangan harap deh dia bakal biarain kamu masuk.
Hari itu mungkin hari sialku, aku tlah repot-repot bangun pagi dan menyiapkan semua perlengkapan ke kampus. Mental juga dah dipersiapkan untuk mengikuti kuis dosen itu. Hanya satu yang aku lupa dan itu menjadi penyebab aku tidak lulus mata kuliahnya. Yang kulupakan adalah mematikan bunyi HPku. tak pernah ku sangka dia akan semarah itu terhadapku. Selama ini orang-orang selalu menyayangiku dan ramah terhadapku. Tapi hari itu aku menjadi orang yang sangat ketakutan beda dari sifatku yang pemberani. aku takut bukan karena nilainya tapi ketakutanku karena telah melanggar aturan-aturan yang telah disepakati bersama.
******
Disela-sela lamunanku aku tertawa, menertawakan segala kebodohan-kebodohan kecil yang telah aku lakukan palagi saat berhadapan dengan Mr. Killer. Lamunanku buyar melihat orang yang pernah aku sangat sayangi datang mendekat, menyampaikan kabar buruk, kepergian seorang sahabat menghadap Sang Pencipta. Tak pernah terlintas dalam benakku bahwa dia akan meninggalkanku secepat itu.
Dia sosok sahabat yang baik, sosok kakak yang senantiasa mendengarkan keluh kesah adiknya, sosok motivator saat aku lagi down. Entah kemana aku harus mencari sahabat seperti dia lagi, tak ada lagi teman sebaik dia. Hatiku sedih, tapi aku tersenyum. Aku tahu tak sepantasnya menangisi dia, itu hanya akan menyiksanya di alam kubur, aku hanya biza mengucapkan hamdalah karena itu artinya Allah sangat menyayangi dirinya melabihi yang lainnya.
Hujan turun dengan derasnya seakan tahu bahwa saat itu aku berduka tapi tak biza menumpahkan air mata. mereka seakan tahu bahwa orang yang pergi adalah orang yang baik hatinya., malaikat menangis terharu menyambut seseorang yang baik hatinya. Satu kebahagiaan telah pergi dari sisiku meski sebenarnya dia bersembunyi dibalik awan mendung karena dia tahu saat langit mendung hatiku lagi dirundung luka dan duka.
*************
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Cerita Lepas: Ketika Langit Mendung"
Posting Komentar