Yang Terdalam

Tentang dirimu

Kehidupan yang aku jalani hanyalah sekedar sandiwara

Tak pernah aku berpikir untuk menjauhkan semua kenangan yang telah kita bangun bersama

Namun satu hal yang pasti aku selalu merindukan dan mencintaimu

Aku kadang merasa bosan dengan hidup yang aku jalani

Di dalam pikiranku hanya ada namamu

Sejauh aku melangkah meninggalkan kenangan tentangmu

Makla selalu saja bayangmu hadir bersama kenangan yang telah kita lalui

Kenangan manis dan pahit

Kau mungkin telah berbahagia dengan dirinya

Tak pernah sekalipun memikirkan diriku

Aku sangat benci dirimu tapi aku pun tak mampu untuk mengatakan aku tak lagi mencintai dirimu

Kau begitu bahagia melihatku menangis dan bersedih kehilangan dirimu untuk yang kedua kali

Makassar, 3 June 2008

çÃ

Ketiadaan

Kau mungkin saja berbahagia

Tapi dirimu tak kan pernah tahu

Betapa wajah dan ucapanmu membuatku mual

Kau menginginkanku berbuat sesuatu yang aku benci

Kau ingin aku melakukan pekerjaan yang kau sendiri tak mau melakukannya

Hanya saja aku masih memiliki kesabaran

Hanya saja aku belum mau mengotori diriku dengan kebencian padamu

Aku menganggap tak ada lagi dalam tubuhmu jiwa yang bersemayam

Aku hanya melihat ketiadaanmu

Semua ketakmampuanmu dihadapanku

Sungguh aku sangat mengasihani dirimu

Bagiku dirimu hanyalah seonggok boneka plastic yang tiada berdaya

Memerlukan belas kasihan orang lain

Tempatmu hanyalah di gardu-gardu para penjual kaki lima

Aku sungguh sangat kasihan terhadapmu

Kau selalu nampak tertawa ceria dan batinmu menangisi

Ketiadaan dirimu

Oooooooohh kasihan sekali……………..

Nasib dirimu wahai angkara

Kau menebarkan benih kebencian di mana-mana

Tanpa tahu bagaimana bibit itu menyemai dengan cepat

Kau tak pernah memberinya pupuk unggul

Namun ketiadaanmu membuat kebencian itu semakin subur

Ketiadaan tentang warna kehidupan yang kau tawarkan membuat kau semakin dibenci

Senyumanmu yang membuat mereka jauh darimu

Senyuman yang kau berikan bermujizatkan kemunafikan

Tulang-belulang yang berserakan di depanmu

Tak pernah lagi kau lihat karena ketiadaanmu akan semakin nyata

Ketiadaan nurani

Aku yang sempat terlena pada kebaikan palsumu

Kini telah tersadar dari mimpi yang telah kau berikan

Aku tak lagi seperti saat aku melihatmu untuk yang pertama kali

Saat ini yang kulihat darimu ketidakberdayaanmu dan semua kelemahanmu,

Aku telah sadar dari mimpi palsu yang kau tawarkan wahai sang durjana

Jangan lagi kau tampakkan dihadapanku

Kemunafikan, ketakberdayaanmu, dan kerasnya hati dan lembutnya kata-katamu

Kau sungguh tak malu pada dirimu yang hanya tinggal ketiadaan

Kau tak pernah merenungi kesalahanmu

Kau hanya biasa melihat kesalahan yang nampak dari orang alin

Kau hanya mampu berjalan diatas kendali orang seperti layaknya boneka kayu

Tak pernah lagi ada dari dalam dirimu kesadaran

Sehinnga ketiadaanmu semakin nyata

Makassar, 3 June 2008

çÃ

Hari Itu

Hari itu

Jeritan tangis membahana

Menutupi ruang jagat raya

Menawarkan kepiluan dalam setiap jiwa

Hari itu

Anak-anak tak lagi bermain didepan rumah

Bersembunyi dalam pelukan sang ibu

Berteduh dibawah tangan kekar sang ayah

Hari itu

Tak akan terlupa dari benak mereka

Tak akan pernah lagi terhenti tangis mereka

Tak akan lagi ada tawa mereka

Mereka telah pergi dengan tangis

Hari itu

Tak ada orang yang mampu mendengar

Semua orang menjadi tuli

Semua orang menjadi bisu

Hari itu

Dimana para anak-anak bangsa disayat-sayat semangatnya

Dimana semangat tinggal tulang belulang

Dimana kebajikan takkan pernah lagi diperjuangkan

Dimana ayah tega menodai anaknya

Dimana anak rela membunuh orang tuanya

Hari itu

Tak ada lagi mawar merah yang bersemi

Tak akan lagi tumbuh bunga kasih saying

Tak akan lagi tumbuh benih kerinduan

Tak kan pernah lagi hadir pelipur lara

Hari itu

Cinta telah musnah

Persaudaraan telah sirna

Yang ada hanya pertikaian

Yang ada hanya rebut kekuasaan

Yang ada hanya hokum rimba

Siapa yang kuat maka dialah yang menang


Hari itu

Mahasiswa hanya mementingkan nilai

Mahasiswa hanya terpaku melihat kezaliman birokrasi

Mahasiswa sudah tak mampu menjalankan fungsi-fungsinya

Mahasiswa sudah tak mampu mengawal rakyat melawan kezaliman

Hari itu

Jiwa kita telah mati

Namun jasad masih tetap utuh

Namun roh masih tetap bersatu dengan jasad

Hari itu

Telah menjadi catatan dalam sejarah tiap manusia

Kenangan yang harus dijadikan sebagai petuah hidup

Kenangan yang penuh amarah, kebencian, kesedihan, serta kezaliman

Hari itu kini telah menjadi hari semangat

Hari yang membangkitkan kekuatan

Hari yang mengajarkan akan arti satu hari bagi manusia

Hari itu akan tetap menjadi kenangan

Kenangan pahit yang tak dapat dilupakan

Makassar, 3 June 2008

çÃ